F Dr. Agus Priyatno, M. Sn : Estetika Islam Kaya Nuansa | Ismanadi -->

Dr. Agus Priyatno, M. Sn : Estetika Islam Kaya Nuansa


Photo by Zahid Lilani on Unsplash

Kebudayaan Islam di berbagai tempat di dunia ini sangat bervariasi dan kaya dengan nilai-nilai estetika. Sebagai contoh arsitektur masjid, setiap wilayah memiliki kekhasannya masing-masing. Arsitektur masjid di Arab, India, Cina dan Indonesia berbeda tampilannya meskipun substansinya sama sebagai tempat ibadah. Arsitektur masjid di Indonesia sendiri juga sangat bervariasi, ada masjid berasitektur modern dan tradisional.


Masjid berasitektur modern bervariasi coraknya, antara lain masjid Istiqlal Jakarta, masjid Kubah Emas di Depok, masjid MAS (Al Akbar) di Surabaya, masjid al Markaz al Islami di Makasar, dan masjid Raya di Medan. Semua bentuk arsitektur masjid tersebut berbeda-beda, tidak ada yang sama. Masjid berasitektur tradisional antara lain masjid tradisional di Demak Jawa Tengah, masjid berbentuk Joglo. Masjid Cheng Hoo di Surabaya berbentuk mirip klenteng tempat ibadah orang Cina. Kekayaan corak estetika Islam yang penuh nuansa selain tampak pada masjid juga pada berbagai elemen kebudayaan lainnya seperti busana dan seni rupa. Banyak variasi busana Muslim yang sangat indah corak dan warnanya. Pada bidang senirupa, kekayaan estetika Islam juga sangat beraneka dan penuh nuansa.


Terbentuknya Kebudayaan Islam

Ajaran Islam yang terdapat dalam Kitab Suci Quran bersifat substantif daripada teknis. Hal ini memungkinkan terbentuknya kebudayaan dengan kekayaan estetika. Ajaran tentang berbusana misalnya, menyebutkan tentang busana yang menutup aurat. Tidak ada aturan teknis tentang warna, mode dan ukuran. Hal ini memungkinkan munculnya berbagai corak busana muslim. Di Indonesia busana muslim sangat bervariasi. Ada busana dengan karakteristik lokal, luar daerah, bahkan luar negeri.


Kebudayaan lokal yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam tetap dipertahankan. Kebudayaan baru yang sesuai dengan nilai-nilai Islam, juga diserap oleh komunitas Muslim meskipun berasal dari luar. Inovasi terhadap kebudayaan lama juga berlangsung, di saat yang sama muncul kreasi-kreasi baru. Semua proses, menjadikan masyarakat muslim kaya dengan nilai-nilai estetika.

Photo by Zahid Lilani on Unsplash
Terbentuknya Kebudayaan Modern Indonesia

Indonesia, wilayah terbuka mendapatkan berbagai pengaruh dari luar dalam proses pembentukan kebudayaannya. Posisi geografisnya yang strategis dan menjadi perlintasan berbagai bangsa, menyebabkan pengaruh kebudayaan luar sangat banyak serta intensif. Bangsa Indonesia secara kreatif menyeleksi, menginovasi dan mengombinasikan kebudayaan-kebudayaan dari luar menjadi kebudayaan baru yang lebih sesuai.


Faktor penting pembentuk kebudayaan modern di Indonesia dewasa ini adalah faktor agama Islam (Islamisasi) dan faktor kebudayaan Barat (oksidentalisasi). Kedua faktor itu melahirkan tiga corak kebudayaan dominan. Kebudayaan Islam, kebudayaan Barat dan kebudayaan hybrid/eklektik yang merupakan hasil sintesis dari kedua faktor tersebut. Kebudayaan hybrid/eklektik terbentuk karena adanya aspek-aspek yang secara ideologis maupun paradigmatis tidak saling bertentangan, sehingga terbentuklah kebudayaan baru yang bersifat inovatif dan kreatif.


Estetika Islam dalam Seni Rupa Indonesia

Kekayaan estetika yang terbentuk melalui proses kreatif bangsa Indonesia juga tampak pada bidang seni rupa. Para seniman muslim berupaya membangun identitas seni rupa Islami. Munculah corak senirupa hybrid/eklektik berupa senirupa modern di Indonesia yang mengekspresikan nilai-nilai keislaman. Karya senirupa representasional, abstrak serta kaligrafi menampilkan berbagai tema keagamaan. Tema keagamaan antara lain tentang ritual keagamaan seperti salat dan haji. Tema lainnya berupa kisah para Nabi, ayat-ayat Quran, pengalaman religius, dan simbol-simbol Islam. Berbagai tema, muncul dalam senirupa Indonesia sejak tahun 1960-an.

Photo by Naomi Koelemans on Unsplash

Di Bandung para seniman seperti Ahmad Sadali, Abdul Djalil Pirous dan Abay Subarna, menciptakan lukisan kaligrafi dengan berbagai kombinasi. Di Yogyakarta seniman seperti Affandi, Widayat, Amri Yahya, Agus Kamal, dan Syaiful Adnan menciptakan berbagai corak lukisan Islami dalam corak representasional. Di Surabaya seniman Amang Rahman juga menunjukkan kreasi seni Islaminya. Di Medan ada Handono Hadi yang banyak melukis karya kaligrafi Islami.

Terbentuknya senirupa modern dengan nilai-nilai keislaman juga bekaitan dengan perkembangan bidang-bidang lainnya. Perkembangan Islam, kondisi sosial, politik, ekonomi, budaya, kebijakan pemerintah, letak geografis, hubungan antarbangsa, memberikan pengaruh terhadap kemunculan senirupa modern yang bernilai keislaman.


Di samping itu kesadaran para seniman untuk membangun identitas diri dan tidak hanya menjadi epigon kebudayaan Barat telah melahirkan corak seni yang berbeda yang memperkaya estetika senirupa dunia. Hal ini merupakan faktor internal yang mendorong munculnya seni rupa modern bernilai keislaman dalam perkembangan seni modern di Indonesia.

Penulis; Dr. Agus Priyatno, M. Sn - Dosen seni rupa FBS Unimed
Gmbar Pinjem dari Sini
BERIKAN KOMENTAR ()